Kamis, 27 November 2014
Pop Up : Perkenalan
Pop-up, merupakan salah satu bidang kreatif dari paper engineering yang
di Indonesia kini semakin digemari dan sedang berkembang. Banyak buku pop-up yang
beredar di pasaran. Hanya saja, masih didominasi oleh karya impor. Karya pop-up anak
negeri sejauh ini lebih mendominasi pada kegiatan di kalangan komunitas (workshop)
atau adanya kepentingan tertentu, misalnya karya pop-up untuk
buku tahunan sekolah, atau untuk pesanan tertentu. Komunitas dengan
spesialisasi pop-up dan atau yang berbasis pada paper engineering sudah
bermunculan. Komunitas ini merupakan sebuah wadah untuk saling
berbagi, belajar, maupun bersama menciptakan karya pop-up.
Buku Pop-up “Kisah dalam Alkitab
Karya Alit Ayu Dewantari (dokumentasi Alit)
Pop-up adalah sebuah kartu atau buku
yang ketika dibuka bisa menampilkan bentuk 3 dimensi atau timbul. Kalimat tersebut merupakan penjelasan sederhana yang
sering disampaikan pada beberapa orang yang masih asing dengan kata pop-up.
Namun sejatinya mereka pasti sudah pernah melihat karya pop-up,
tanpa mengetahui sebutannya. Penjelasan tersebut akhirnya membuat kita
berpatokan bahwa dalam membuat karya pop-up harus menghasilkan
bentuk timbul atau 3D. Sebagai perancang, tentunya perlu apabila kita juga
mengetahui bagaimana sejarah hadirnya pop-up.
Jika dilihat dari sejarah
perkembangannya, pop-up diawali dengan kontruksi yang masih
sederhana, sekitar awal abad ke-13. Pada masa itu teknik ini disebut movable
book (buku bergerak), dengan melibatkan peran mekanis pada kertas yang
disusun sedemikian rupa sehingga gambar/objek/beberapa bagian pada kertas
tampak bergerak, memiliki bentuk atau dimensi. Movable book pertama
kali diterapkan di Eropa dan mulai diproduksi secara massal seiring
berkembangnya movable type oleh Johannes
Gutenberg. Movable book pertama kali muncul dengan
teknik volvelles (atau yang kini dikenal sebagai teknik rotary),
yakni melibatkan peranan poros pada susunan mekanis kertas. Teori
tentang volvelles ini dicetuskan oleh Matthew Paris
(1200-1259) dan Ramon Llull (1235-1316) (www.popuplady.com).
Cosmographia Petri Apiani, Peter
Apian, 1495-1552
Secara teknis, movable
book pada volvelles dapat dinikmati dengan cara
memutar bagian kertas yang berporos tersebut. Pada perkembangan selanjutnya,
tahun 1500-an movable book dimanfaatkan untuk bidang medis
dalam menggambarkan anatomi tubuh manusia. Andreas Vesalius (1514-1564), adalah
seorang profesor anatomi dari Brussels yang menerapkan movable
book pada bukunya yang berjudul, De humani corporis fabrica
librorum pada 1543. Para medis menyebut naskah ini dengan istilah lift
the flap. Lift the flap dikemas dengan menyusun/menumpuk
beberapa kertas, lalu mengunci salah satu sisi susunan kertas dan menyisakan
sebagian besar bagian kertas agar dapat dibuka dan ditutup kembali.
Anatomical fugitive sheet, 1566
Pada masa itu, lift the
flap merupakan teknologi yang diciptakan dari material kertas yang
mampu menjadi sarana para medis untuk menjelaskan bagaimana susunan anatomi
tubuh manusia, sebelum adanya teknologi yang lebih canggih seperti saat ini.
Andreas Vesalius memanfaatkan teknologi kertas ini untuk menjelaskan hasil
pengamatannya mengenai anatomi tubuh manusia dengan melakukan
pembedahan-pembedahan selama 4 (empat) tahun. Terdapat perguruan tinggi di
bidang kesehatan yang masih menyimpan naskah ini. Bahkan beberapa diantaranya
pernah mengadakan pameran koleksi lift the flap book tentang
anatomi yang usianya telah mencapai ratusan tahun itu. Pameran ini mendapat
respon yang sangat baik dari berbagai kalangan.
Teknologi buku semacam ini memiliki
peranan yang sangat penting yang disertai pula dengan berkembangnya teknik
cetak, sehingga buku dapat diproduksi secara massal. Perpaduan keduanya
menjadikan ilmu pengetahuan (salah satunya tentang anatomi) menjadi semakin
luas dan mudah untuk dipelajari. Sampai sekarang pun lift the flap masih
sering kita jumpai di pasaran, dengan istilah yang sama dengan awal
kemunculannya di bidang medis. Istilah inilah yang akhirnya semakin akrab
dikenal dengan mekanis kertas yang menyerupai teknis membuka dan menutup
jendela. Pada tahun 1765, penerbit Robert Sayer memproduksi lift the
flap book sebagai media hiburan baik untuk anak-anak maupun dewasa.
Lift the Flap Book, dimanfaatkan
juga untuk melatih perkembangan motorik anak
Lift the flap menjadi semakin berkembang dengan kekuatan ciri khas teknis
yang dari dulu hingga kini masih dipertahankan. Mekanis yang sederhana dan
ramah kiranya menjadikan lift the flap lebih dekat dengan
target pasar anak-anak. Manfaatnya besar, secara tidak langsung kegiatan
melihat, membuka dan menutup gambar pada lift the flap dapat
melatih perkembangan motorik pada anak-anak.
Beberapa teknik dasar Lift the Flap
yang dapat diterapkan
(berdasarkan beberapa pengamatan)
(berdasarkan beberapa pengamatan)
Movable book mengalami masa keemasan pada 1800-an. Di mana pada masa ini
muncullah beberapa nama yang mengembangkan movable book dengan
berbagai mekanis yang lebih rumit dan dengan target pasar yang lebih luas,
terutama anak-anak. Salah satunya adalah Lothar Meggendorfer (1847-1925) dari
Jerman. Karya yang dihasilkan saat itu lebih pada karya yang menghasilkan gerak
dan bentuk yang lebih berdimensi (tekstur nyata) pada saat bagian halaman
kertas dibuka. Baru pada tahun 1930-an, Amerika Serikat menggunakan istilah pop-up untuk
produksi movable booknya. Akhirnya istilah pop-up-lah
yang populer hingga saat ini. Pop-up dikenal pada saat
teknisnya telah dieksekusi dengan lebih rumit.
Grand Cirque International (1890),
Karya Lothar Meggendorfer
Tidaklah heran apabila kita sering
menjumpai di toko-toko buku, terutama pada kolom buku untuk anak-anak terdapat
istilah lift the flap book dan pop-up book. Pop-up
book lebih memiliki dimensi dibandingkan dengan lift the flap
book. Hal inilah yang menjadikan pop-up book lebih
mudah diingat, karena selain memiliki dimensi, pop-up book juga
dikenal lebih memiliki efek mengejutkan dari pergerakan yang dihasilkan saat
teknik-teknik pop-up ini beroperasi. Kerumitan pada komponen
rakitan kertas, peran pisau pond yang lebih banyak, hingga
peran kehati-hatian dan ketelatenan craftmanship yang
dibutuhkan pada saat finishing, menjadi faktor utama tingginya
harga produksi dan harga jual dari pop-up book jika
dibandingkan dengan lift the flap book. Namun, pada dasarnya
kedua jenis buku ini sama-sama memiliki harga jual yang tinggi.
Lift the flap dan pop-up pada produksi buku di masa
kini, entah disadari atau tidak keduanya seolah tampak berdiri sendiri-sendiri.
Bahkan bisa saja istilah movable book juga menjadi lebih asing
lagi, yang akhirnya membuat kita tidak tertarik untuk mengetahui apa, mengapa,
bagaimana, dan seterusnya. Lift the flap dan pop-up merupakan
satu garis dari kisah perjalanan movable book. Memang, pada
perkembangannya masing-masing tampak memiliki ciri tersendiri. Namun,
sebenarnya mereka adalah satu rangkaian proses perkembangan. Baik lift
the flap maupun pop-up adalah satu keluarga
dalam movable book.
Lift the flap dapat kita nikmati pada saat kita membuka susunan
kertas (bertumpuk) yang terdapat pada halaman kertas. Jadi, teknik ini tidak
harus dibantu oleh lipatan halaman seperti pada kartu atau buku.
Lift the flap, tak harus dibantu
oleh lipatan halaman seperti pada kartu atau buku,
ia dapat ditampilkan pada bidang yang memiliki 2 sisi dan tanpa lipatan halaman (dokumentasi Alit)
ia dapat ditampilkan pada bidang yang memiliki 2 sisi dan tanpa lipatan halaman (dokumentasi Alit)
Dari kelima teknik dasar pop-up, di
antaranya v-folding, internal stand, rotary, mouth, dan parallel
slide (lihat “Workshop Pop Up, Mengamati, Mengenal, dan Memahami Pop Up”,
terdapat 2 teknik yang tidak menampilkan bentuk timbul seperti pop-up yang
banyak kita temui. Kedua teknik ini yakni rotary dan parallel
slide. Dari dasar inilah, kita perlu memahami bahwa pop-up tidak
selalu tampil dengan bentuk yang timbul, melainkan tampil dengan gerakan yang
menimbulkan kesan seperti timbul/berdimensi.
Pop-up yang diaplikasikan pada buku, baik buku cerita, buku tahunan
dan lain-lain, sebagian besar menggunakan teknik dengan eksekusi karya yang
menampilkan bentuk timbul. Berdasarkan pengamatan, sejauh ini teknik
dasar rotary, parallel slide, dan teknik lift
the flap kurang begitu diminati untuk melengkapi karya pop-up. Sebenarnya
akan lebih menarik apabila kita menggabungkan teknik-teknik tersebut ke dalam
satu karya. Hal ini dilakukan juga oleh Maggie Bateson dan Louise Comfort,
dalam buku pop-up My Fairy Magic School. Mereka menggabungkan
4 dari 5 teknik dasar pop-up, dan terdapat teknik lift
the flap yang membuat karyanya lebih bercerita.
My Fairy Magic School,
karya Maggie Bateson dan Louise Comfort
( My Fairy Magic School, Macmillan Childrens Boks 2010)
karya Maggie Bateson dan Louise Comfort
( My Fairy Magic School, Macmillan Childrens Boks 2010)
Salah satu penerapan teknik parallel
slide pada “My Fairy Magic Schoolâ€
karya Maggie Bateson dan Louise Comfort.
karya Maggie Bateson dan Louise Comfort.
Salah atu penerapan lift the flap
yang disajikan
oleh Maggie Bateson dan Louise Comfort,
membuat karya mereka lebih interaktif.
oleh Maggie Bateson dan Louise Comfort,
membuat karya mereka lebih interaktif.
Penggabungan berbagai teknik
sebenarnya dapat membantu untuk membuat buku pop-up memiliki
bentuk yang variatif, atraktif, sekaligus interaktif. Penggabungan berbagai
teknik ini bisa juga digunakan untuk keindahan kemasan buku, yang berkaitan dengan
ketebalannya ketika buku tersebut ditutup. Movable book biasanya
memiliki ketebalan yang kurang seimbang dari berbagai sisi, tidak seperti
buku-buku pada umumnya. Hal ini dapat disiasati dengan cara menambahkan pop-up atau
variasi lipatan kertas ke dalam halaman pop-up itu sendiri.
Penempatannya adalah pada sisi dimana angka ketebalan pop-up itu
rendah.
Adanya penambahan lipatan pada sisi
luar akan membantu buku pop-up
memiliki ketebalan yang seimbang antara satu sisi dengan sisi lainnya pada saat buku pop-up ditutup.
memiliki ketebalan yang seimbang antara satu sisi dengan sisi lainnya pada saat buku pop-up ditutup.
Movable book memiliki perjalanan yang sangat panjang. Bahkan ia lebih
dahulu muncul jauh sebelum movable type dicetuskan. Beberapa
tokoh telah memperkaya teknik movable book. Volvelles, lift the
flap, dan pop-up secara umum dapat mewakili titik-titik penting dalam garis
besar perkembangan movable book. Masing-masing dari mereka berkembang dengan
berbagai macam teknik dasar yang selama 8 abad telah membantu banyak
kalangan untuk berbagai kebutuhan, baik sains maupun dunia hiburan (khususnya
untuk anak-anak). Aplikasinya pada buku, membuatnya memiliki keterkaitan dengan
desain layout, ilustrasi, percetakan dan penerbitan. Movable
book menjadi salah satu pilihan untuk membuat manis tampilan media
yang kita rancang. Tidak hanya pada buku, tapi juga pada kartu, poster, berbagai
media dan karya seni lainnya. Melalui movable book, kita dapat
berkomunikasi melalui bentuk, gerak, dan visual.
Langganan:
Postingan (Atom)